Rabu, 05 Juni 2013

Akuntansi Penempatan pada Bank Lain



Pengertian
Penempatan pada bank lain adalah penempatan dana dalam bentuk interbank call money, tabungan, deposito berjangka, atau bentuk lain yang sejenis, yang dimaksud untuk memperoleh penghasilan. Penempatan pada bank lain juga dapat diartikan sebagai penempatan/tagihan atau simpanan milik bank dalam rupiah dan atau valuta asing pada bank lain, baik yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia maupun luar Indonesia baik untuk menunjang kelancaran transaksi antarbank maupun sebagai secondary reserve dengan maksud untuk memperoleh penghasilan.
Penempatan pada bank lain disajikan di neraca sebesar nilai bruto tagihan bank. Dalam hal bank membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) untuk menutup kemungkinan terjadinya kerugian dari penanaman tersebut, maka penyisihan tersebut disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) dari pos penempatan tersebut.
Saldo penempatan pada bank lain dalam valuta asing dan penyisihannya dicatat dalam valutanya, sedangkan untuk keperluan laporan keuangan ke Bank Indonesia dan laporan keuangan publikasi, saldo valuta asing tersebut dijabarkan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs laporan Bank Indonesia. Hal-hal berikut wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan yaitu: jenis dan jumlah penempatan, jenis valuta, jangka waktu dan suku bunga rata-rata. Kegiatan bank yang berkaitan dengan penempatan pada bank lain adalah penempatan dana dalam bentuk interbank call money, tabungan, deposito berjangka, atau bentuk lain yang sejenis yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan, dan pendapatan bunga atas penempatan dana serta pembentukan PPAP penempatan pada bank lain.

Jenis penempatan pada bank lain antara lain:
a.       Giro
b.              Interbank call money 
Merupakan pinjaman antar bank yang terjadi dalam proses kliring. Dalam transaksi kliring yang diselenggarakan oleh bank Indonesia setia hari kerja dan selalu saja ada yang kalah dan ada yang menang. Bagi bank yang kalah kliring apabila tidak dapat menutupi kekalahannya, maka akan terkena sangsi dari bank Indonesia. Oleh karena itu, agar tidak terkena sangsi akibat kekurangan likuiditas, bank tersebut dapat meminjam uang dari bank lain yang kita kenal dengan nama interbank call money atau call money. Pengertian call money itu sendiri adalah kredit atau pinjaman yang harus segera dilunasi/dibayar apabila sudah ada tagihan atau panggilan dari pihak pemberi dana (kreditor). Jangka waktu kredit berkisar antara 1 hari sampai dengan 7 hari. Pemberian call money dapat berbentuk one day call money dimana harus dilunasi dalam 1 hari. Call money dapat pula berbentuk two day call money dimana masa pelunasannya 2 hari.
c.               Tabungan
Sebagian pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek.
d.             Deposit on call (Deposito berjangka harian)
Deposito yang berjangka waktu minimal tiga hari dan paling lama kurang dari satu bulan.
e.               Deposito berjangka
Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank.
f.                Sertifikat deposito
Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah yang membolehkan pihak perbankan untuk menerbitkan sertifikat deposito sejak tahun 1971, maka sampai sekarang ini sertifikat deposito merupakan alternatif utama bagi pihak perbankan untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dengan nominal tertentu. Jangka waktunya pun bervariasi sesuai dengan keinginan bank. Pencairan sertifikat deposito dapat dilakukan setelah jatuh tempo. Namun apabila investor memerlukan dana, maka dapat pula sertifikat deposito ini diperjualbelikan apakah kepada lembaga ataupun pihak umum.
g.              Margin deposit
Adalah sejumlah uang yang oleh bank melalui perjanjian pengikatan tertentu (ada yang hanya mekanisme blokir, ada yang pakai perjanjian gadai) digunakan sebagai jaminan pembayaran terhadap fasilitas kredit bank yang diberikan kepada debiturnya. Istilah margin menunjukkan bahwa bisa saja jumlah uang yang dijaminkan itu berjumkah 10 %, 20% atau berapapun maksimal 100%. Jika lebih dari 100% biasanya istilah margin deposit tidak lagi digunakan, melainkan cash collateral.
h.              Setoran jaminan dalam rangka transaksi perdagangan
i.                  Dana pelunasan obligasi

j.                  Lain-lain yang memenuhi kriteria penempatan pada bank lain.

JUAL TAS BLINK-BLIK

JUAL TAS BLING-BLING
(CANGKLONG/TALI PANJANG)

Tas ini cucok banget buat kalian yang suka hangout, klo diapkek malem bisa nyala (efek blink-blink), klo dipakek siang tetep oke dan gag norak.
Model tasnya juga bagus bangeet.. pokoknya anak muda banget...


HARGA TAS Rp170.000,00
(Belum termasuk ongkir)

HUBUNGI
085733019529
Tanya-tanya dulu juga gag apa-apa sis... :)

JUAL TAS JINJING FUNGSIONAL

TAS JINJING FUNGSIONAL (TERSEDIA TALI UNTUK CANGKLONG)

 terlihat elegan dan eklusif
tersedia lima (5) warna
merah, orange, hitam, hijau toska, dan abu-abu


HARGA TERJANGKAU
Rp168.000,00
belum termasuk ongkir
HUBUNGI
085733019529
-Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami-
SEGERA HUBUNGI
untuk tanya-tanya juga gag apa-apa sis....

JUAL ANNUAL REPORT (Laporan Tahunan), FINANCIAL STATEMENT (Laporan Keuangan), ICMD, dan Nota Keuangan

JUAL DATA UNTUK SKRIPSI/TESIS/PENELITIAN ANDA

Skripsi emang buat orang dongkol.. Masalah ada aja, mulai masalah dosen, temen, isi skripsi, data yg belum lengkap. Kami menyediakan data-data skripsi untuk agan-agan & sista-sista yang pengen cepet dapet data and cepet selesein skripsi kaliann....

Annual Report harga Rp.30.000,00/tahun (exclude ongkir)
Annual Report tahun 2007
Annual Report tahun 2008
Annual Report tahun 2009
Annual Report tahun 2010
Annual Report tahun 2011
PROMO: Beli 5thn discount 10%

Laporan Keuangan harga Rp25.000,00/tahun (exclude ongkir)
Laporan Keuangan tahun 2007
Laporan Keuangan tahun 2008
Laporan Keuangan tahun 2009
Laporan Keuangan tahun 2010
Laporan Keuangan tahun 2011
Laporan Keuangan tahun 2012
PROMO: Beli 5thn discount 10%
ICMD harga Rp23.000,00/tahun (exclude ongkir)
ICMD tahun 2007 
ICMD tahun 2008 
ICMD tahun 2010 
ICMD tahun 2011 
ICMD tahun 2012
PROMO: Beli 5thn discount 10%


Nota Keuagan Tahun 1968-2012
Harga Rp50.000,00 (bukan per tahun, tapi langsung semuanya bisa didapat dengan hanya Rp50.000,00 belum termasuk ongkir)




Minat hubungi:
085733019529
DIJAMIN HARGA TERJANGKAU
-suatu kebanggaan bisa melayani anda-

Jumat, 07 Desember 2012

mendeteksi manajemen laba


Manajemen laba biasanya diteliti dengan cara peneliti membentuk hipotesis dimana manajemen laba kemungkinan bisa muncul dan menguji kemungkinan tersebut dengan metode yang tepat. Berdasarkan riset-riset yang telah dilakukan, manajemen laba bisa dideteksi dengan metode sebagai berikut:
  1. Pilihan metode akuntansi dan timing
Pilihan atas metoda akuntansi disini diinterpretasikan secara luas, termasuk pilihan atas metoda akuntansi tertentu, seperti pilihan atas kapitalisasi untuk aset intangible atau tidak. Juga bagaimana mengaplikasikan metode tersebut. Timing juga memiliki dua dimensi,yaitu:
a.       Manajer memiliki diskresi terhadap waktu ketika sebuah peristiwa ditunjukkan dalam akuntansi. Contoh ketika ada piutang tidak tertagih atau penghapusan aset.
b.      Timing transaksi yang mempengaruhi laba yang dilaporkan. Contohnya pada akhir tahun finansial, proyek R&D atau biaya advertensi diakui sehingga biaya tersebut mempengaruhi laba pada periode berikutnya.
Pilihan metoda akuntansi pada riset yang telah dilakukan untuk menguji apakah perusahaan menggunakan income increasing atau income decreasing, penilaian sediaan dan pilihan metoda depresiasi, serta kapitalisasi atau expense terkait dengan intangible aset dan bunga (Watts dan Zimmerman, 1986, Fields et.a.2001). Studi ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengkapitalisasi R&D akan terleverage lebih tinggi, biasanya perusahaan skalanya kecil, dengan tingkat laba yang rendah serta dekat pada restriksi dividen daripada perusahaan yang memilih untuk menggunkaan expense (Raley, Vigeland, 1993 dan Abbody dan Lev, 1998). Hal ini mendukung bahwa perusahaan memilih kapitalisasi dengan tujuan untuk kelihatan lebih kuat pada aspek finansial dan peningkatan pembayaran dividen. Teoh et.al (1998c) membandingkan pilihan metode depresiasi pada IPO yang dicocokkan dengan kelompok non IPO. Analisis menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan IPO yang memilih metode akuntansi mengaplikasikan metoda depresiasi yang lebih meningkatkan laba dari pada yang digunakan perusahaan yang non IPO. Teoh et.al. (1998c) juga menguji  dimensi timing dari trasaksi akuntansi ketika diuji untuk  penghapusan hutang yang bermasalah dalam perusahaan saat melakukan IPO. Mereka menemukan bukti bahwa perusahaan IPO rata-rata menghapuskan hutang bermasalah lebih sedikit daripada setelah IPO. Penelitian Beaty et.al (2002) menunjukkan bahwa bank publik cenderung untuk merealisasi keuntungan sekuritas lebih tinggi dan kerugian sekuritas yang lebih rendah untuk mentransfomasi penurunana yang lebih kecil untuk melaporkan peningkatan laba.
  1. Metode Akrual
Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan keuangan secara umum diteliti melalui penggunaan akrual. Akrual, secara teknis, merupakan perbedaan antara kas dan laba. Akrual merupakan komponen utama pembentuk laba dan akrual disusun berdasarkan estimasi-estimasi tertentu. Misalnya saja biaya depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui biayanya, umur manfaat (estimation), dan metode depresiasi yang digunakan. Nilai biaya memang sudah tetap (fixed) dan tidak bisa diubah-ubah namun umur manfaat dan metode depresiasi bisa diubah sesuai dengan kebijakan atau pertimbangan atau discretion managemen. Secara umum, akrual, yang merupakan produk akuntansi, dapat dianggap memiliki jumlah yang “relatif tetap” dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan aturan akuntansi terkait juga tidak mengalami perubahan. Perubahan akrual yang terjadi, oleh karenanya, dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal (abnormal). Perubahan ini merupakan hasil penggunaan kebijakan (discretion) managemen yang berlebihan dan bila pada saat yang sama managemen juga memiliki insentif/motif untuk memanipulasi laba maka perubahaan akrual yang terjadi dianggap sebagai bentuk manipulasi laba yang dilakukan managemen.
Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
(i)      Nondiscretionary accruals
Bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau nondiscretionary accruals. Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan. Banyak dari model estimasi akrual nondiskresioner perusahaan  dari level akrual masa lalu perusahaan sebelum periode ketika tidak terdapat manajemen laba yang sistematik (Jones, 1991).
(ii)      Discretionary accruals
Bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari earnings management yang dilakukan manajer. Akrual diskresioner tidak bisa diobservasi lansung dari laporan keuangan, maka hasus diestimasi melalui beberap model. Model tersebut membentuk ekspektasi pada level akrual non diskresioner dan jumlah deviasi yang diobservasi secara aktual, hal ini diasumsikan sebagai akrual nondiskresioner.Sehingga akrual diskresioner didefinisikan sebagai akrual melalui model yang digunakan. Apakah ini proksi yang bagus dan tepat atau tidak untuk manajemen laba atau tidak akan bergantung pada kemampuan model untuk dengan benar memprediksi bagaimana perubahan dan kondisi bisnis mempengaruhi akrual. Menurut Sulistyanto (2008:211) model pemisahan akrual menjadi kelolaan dan non kelolaan yang dibandingkan oleh Dencow, dkk adalah sebagai berikut:
                                          a.     The Healy Model (1985)
Pengujian Healy untuk manajemen laba dengan cara membandingkan rata-rata total akrual (dibagi total aktiva periode sebelumnya). Healy menganggap non discretionary accrual (NDA) tidak dapat diobservasi. Model untuk non discretionary accrual adalah sebagai berikut:
NDA=0   sehingga  TA=NDA
 


                                         b.     The De Angelo Model (1986)
NDAt = TAt -1
Model Angelo menguji manajemen laba dengan menghitung perbedaan awal dalam total akrual dan dengan asumsi bahwa perbedaan pertama tersebut diharapkan nol, yang berarti tidak ada manajemen laba. Model ini menggunakan total akrual periode terakhir (dibagi total aktiva periode sebelumnya) untuk mengukur non discretionary  accrual.


Keterangan:
NDAt                : estimasi non discretionary  accrual.
TAt -1  : total akrual diabgi total aktiva 1 tahun sebelum tahun t.
                                          c.     Modified De Angelo Model oleh Friedlan (1994)
Friedlan (1994) menyatakan restriksi bahwa akrual nondiskresi stasioner antara kondisi bisnis yang berbeda. Friedlan mengasumsikan akrual nondiskresioner adalah proporsional pada aktivitas operasi yang diukur dengan sales (S). Manfaat utama dari model ini adalah tidak membutuhkan persyaratan akan ketersediaan data yang tinggi dibandingkan dengan model simpel (1) yang membiarkan level akrual diskresioner berfluktuasi antar periode yang berubah sesuai kondisi.
                                         d.     The Jones Model (1991)
Jones mengajukan model yang menolak asumsi bahwa non discretionary  accrual adalah konstan. Model ini mencoba mengontrol pengaruh perubahan keadaan ekonomi perusahaan pada non discretionary  accrual sebagai berikut:
NDAt =    
 




Keterangan:
∆ REVt       : revenue pada tahun t dikurangi revenue pada tahun t-1 dibagi total aktiva tahun t-1.
PPEt               : Gross property plan and equipment pada tahun t dibagi total akiva tahun t-1.
                                          e.     The Modified Jones Model
Earnings management sebagai variabel dependen diproksi dengan discretionary accruals dan dihitung dengan The Modified Jones Model. Model ini dianggap sebagai model yang paling numtbaik dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan model lain serta memberikan hasil yang paling kuat (Dechow et al., 1995; Sutrisno, 2002). Dan discreniori acccrual yang paling banyak digunakan dalam studi empiris. Model ini dibuat untuk mengeliminasi tendensi konjungtor yang terdapat dalam The Jones Model.
NDAt =    
 



Keterangan:
∆ RECt :Net receivable (piutang bersih) pada tahun t dikurangi piutang bersih pada tahun t-1 dibagi total aktiva tahun t-1.
                                           f.     The Adjusted Model (1991)
NDAt =
The adjusted model (Dechow dan Sloan,1991) mengasumsikan bahwa variasi determinasi dari non discretionary accrual adalah sama dalam jenis industri yang sama. non discretionary dari model ini diperoleh dengan:
NDAt =
 


                                          g.     Akrual Khusus (Beaver dan Engel,1996)
NDAt =
 


Keterangan:                          
COit         : Loan charge-off (pinjaman yang dihapus bukukan)
LOAN     : Loans outstunding (pinjaman yang beredar)
NPAit       : Non performing assets (aktiva produktif yang bermasalah) terdiiri dari aktiva produktif berdasarkan tingkatan kkolektibilitasnya yaitu:
a)      Dalam Perhatian Khusus (DPK)
b)      Kurang Lancar (KL)
c)      Diragukan (D)
d)     Macet (M)
∆NPAit+1  : Selisih nonperforming assets t+1 dengan nonperforming asset t.
Semua variabel dideflasi dengan nilai buku ekuitas ditambah cadangan kerugian pinjaman. Jadi perhitungan akrual kelolaan yaitu
DAit = TAit + NDAit
 


Keterangan:
TAit          : Total akrual (untuk yang model akrual khusus, total akrual dihitung berdasarkan total saldo penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP))
DAit         : Akrual kelolaan
NDAit      : Akrual non kelolaan
                                         h.     The Cross-Sectional Models
Baik model Jones cross-sectional dan model Jones modifikasi cross-sectional adalah sama dengan model Jones dan model Jones modifikasi, kecuali bahwa parameter model diestimasi dengan menggunakan data cross-sectional bukan data time  series.  Model cross-sectional dan time series berbeda asumsi. Model cross-sectional mengasumsikan bahwa korelasi antara akrual non kelolaan dan penentuan akrual, seperti perubahan dalam pendapatan dan PPE (bruto), ditentukan oleh kelompok industri dan situasi ekonomi sekarang sedangkan model time series mengasumsikan bahwa korelasi ditentukan oleh karakteristik spesifik perusahaan.