Manajemen laba
biasanya diteliti dengan cara peneliti membentuk hipotesis dimana manajemen
laba kemungkinan bisa muncul dan menguji kemungkinan tersebut dengan metode
yang tepat. Berdasarkan riset-riset yang telah dilakukan, manajemen laba bisa
dideteksi dengan metode sebagai berikut:
- Pilihan
metode akuntansi dan timing
Pilihan atas metoda akuntansi
disini diinterpretasikan secara luas, termasuk pilihan atas metoda akuntansi
tertentu, seperti pilihan atas kapitalisasi untuk aset intangible atau tidak.
Juga bagaimana mengaplikasikan metode tersebut. Timing juga memiliki dua
dimensi,yaitu:
a.
Manajer memiliki
diskresi terhadap waktu ketika sebuah peristiwa ditunjukkan dalam akuntansi.
Contoh ketika ada piutang tidak tertagih atau penghapusan aset.
b.
Timing transaksi
yang mempengaruhi laba yang dilaporkan. Contohnya pada akhir tahun finansial,
proyek R&D atau biaya advertensi diakui sehingga biaya tersebut
mempengaruhi laba pada periode berikutnya.
Pilihan metoda akuntansi pada
riset yang telah dilakukan untuk menguji apakah perusahaan menggunakan income
increasing atau income decreasing, penilaian sediaan dan
pilihan metoda depresiasi, serta kapitalisasi atau expense terkait dengan
intangible aset dan bunga (Watts dan Zimmerman, 1986, Fields et.a.2001).
Studi ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengkapitalisasi R&D akan
terleverage lebih tinggi, biasanya perusahaan skalanya kecil, dengan tingkat
laba yang rendah serta dekat pada restriksi dividen daripada perusahaan yang
memilih untuk menggunkaan expense (Raley, Vigeland, 1993 dan Abbody dan
Lev, 1998). Hal ini mendukung bahwa perusahaan memilih kapitalisasi dengan
tujuan untuk kelihatan lebih kuat pada aspek finansial dan peningkatan
pembayaran dividen. Teoh et.al (1998c) membandingkan pilihan metode
depresiasi pada IPO yang dicocokkan dengan kelompok non IPO. Analisis
menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan IPO yang memilih metode akuntansi
mengaplikasikan metoda depresiasi yang lebih meningkatkan laba dari pada yang
digunakan perusahaan yang non IPO. Teoh et.al. (1998c) juga menguji dimensi timing dari
trasaksi akuntansi ketika diuji untuk penghapusan hutang yang
bermasalah dalam perusahaan saat melakukan IPO. Mereka menemukan bukti bahwa
perusahaan IPO rata-rata menghapuskan hutang bermasalah lebih sedikit daripada
setelah IPO. Penelitian Beaty et.al (2002) menunjukkan bahwa bank
publik cenderung untuk merealisasi keuntungan sekuritas lebih tinggi dan
kerugian sekuritas yang lebih rendah untuk mentransfomasi penurunana yang lebih
kecil untuk melaporkan peningkatan laba.
- Metode Akrual
Deteksi atas kemungkinan dilakukannya
manajemen laba dalam laporan keuangan secara umum diteliti melalui penggunaan
akrual. Akrual,
secara teknis, merupakan perbedaan antara kas dan laba. Akrual merupakan
komponen utama pembentuk laba dan akrual disusun berdasarkan estimasi-estimasi
tertentu. Misalnya saja biaya depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini
kita harus mengetahui biayanya, umur manfaat (estimation), dan metode depresiasi yang digunakan. Nilai biaya
memang sudah tetap (fixed) dan tidak
bisa diubah-ubah
namun umur manfaat dan metode depresiasi bisa diubah sesuai dengan kebijakan
atau pertimbangan atau discretion managemen. Secara umum, akrual, yang
merupakan produk akuntansi, dapat dianggap memiliki jumlah yang “relatif tetap”
dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan aturan akuntansi terkait juga tidak
mengalami perubahan. Perubahan akrual yang terjadi, oleh karenanya, dapat
dianggap sebagai hal yang tidak normal (abnormal). Perubahan ini merupakan
hasil penggunaan kebijakan (discretion)
managemen yang berlebihan dan bila pada saat yang sama managemen juga memiliki
insentif/motif untuk memanipulasi laba maka perubahaan akrual yang terjadi
dianggap sebagai bentuk manipulasi laba yang dilakukan managemen.
Total akrual adalah selisih antara laba dan
arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
(i)
Nondiscretionary
accruals
Bagian akrual yang memang sewajarnya ada
dalam proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau
nondiscretionary accruals. Nondiscretionary accruals merupakan
komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas
perusahaan. Banyak dari model estimasi
akrual nondiskresioner perusahaan dari level akrual masa lalu
perusahaan sebelum periode ketika tidak terdapat manajemen laba yang
sistematik (Jones, 1991).
(ii)
Discretionary accruals
Bagian akrual yang merupakan manipulasi
data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary
accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal
dari earnings management yang dilakukan manajer. Akrual diskresioner tidak bisa diobservasi lansung dari laporan keuangan,
maka hasus diestimasi melalui beberap model. Model tersebut membentuk
ekspektasi pada level akrual non diskresioner dan jumlah deviasi yang
diobservasi secara aktual, hal ini diasumsikan sebagai akrual
nondiskresioner.Sehingga akrual diskresioner didefinisikan sebagai akrual
melalui model yang digunakan. Apakah ini proksi yang bagus dan tepat atau tidak
untuk manajemen laba atau tidak akan bergantung pada kemampuan model untuk
dengan benar memprediksi bagaimana perubahan dan kondisi bisnis mempengaruhi akrual. Menurut
Sulistyanto (2008:211) model pemisahan akrual menjadi kelolaan dan non kelolaan
yang dibandingkan oleh Dencow, dkk adalah sebagai berikut:
a. The Healy Model (1985)
Pengujian
Healy untuk manajemen laba dengan cara membandingkan rata-rata total akrual
(dibagi total aktiva periode sebelumnya). Healy menganggap non discretionary
accrual (NDA) tidak dapat diobservasi. Model untuk non discretionary accrual
adalah sebagai berikut:
NDA=0 sehingga
TA=NDA
|
b. The De Angelo Model (1986)
NDAt
= TAt -1
|
Keterangan:
NDAt : estimasi non discretionary accrual.
TAt
-1 : total akrual diabgi total aktiva 1
tahun sebelum tahun t.
c. Modified De
Angelo Model oleh Friedlan (1994)
Friedlan (1994) menyatakan restriksi bahwa akrual nondiskresi
stasioner antara kondisi bisnis yang berbeda. Friedlan mengasumsikan akrual
nondiskresioner adalah proporsional pada aktivitas operasi yang diukur dengan
sales (S). Manfaat utama dari model ini adalah tidak membutuhkan
persyaratan akan ketersediaan data yang tinggi dibandingkan dengan model
simpel (1) yang membiarkan level akrual diskresioner berfluktuasi
antar periode yang berubah sesuai kondisi.
d. The Jones Model (1991)
Jones mengajukan model yang menolak asumsi bahwa non discretionary accrual adalah konstan. Model ini mencoba
mengontrol pengaruh perubahan keadaan ekonomi perusahaan pada non discretionary accrual sebagai berikut:
NDAt =
|
Keterangan:
∆ REVt : revenue pada tahun t dikurangi revenue
pada tahun t-1 dibagi total aktiva tahun t-1.
PPEt : Gross property plan and equipment pada tahun t
dibagi total akiva tahun t-1.
e. The Modified Jones Model
Earnings
management sebagai variabel dependen
diproksi dengan discretionary accruals dan dihitung dengan The
Modified Jones Model. Model ini dianggap sebagai model yang paling numtbaik
dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan model lain serta
memberikan hasil yang paling kuat (Dechow et al., 1995; Sutrisno, 2002). Dan discreniori acccrual yang paling banyak
digunakan dalam studi empiris. Model ini dibuat untuk mengeliminasi tendensi
konjungtor yang terdapat dalam The Jones Model.
NDAt =
|
Keterangan:
∆ RECt :Net receivable (piutang bersih)
pada tahun t dikurangi piutang bersih pada tahun t-1 dibagi total aktiva tahun
t-1.
f. The Adjusted Model (1991)
NDAt =
|
NDAt
=
|
g. Akrual Khusus (Beaver dan Engel,1996)
NDAt =
|
Keterangan:
COit : Loan charge-off (pinjaman yang
dihapus bukukan)
LOAN :
Loans outstunding (pinjaman yang beredar)
NPAit : Non performing assets (aktiva produktif
yang bermasalah) terdiiri dari aktiva produktif berdasarkan tingkatan
kkolektibilitasnya yaitu:
a) Dalam
Perhatian Khusus (DPK)
b) Kurang
Lancar (KL)
c) Diragukan
(D)
d) Macet (M)
∆NPAit+1 : Selisih nonperforming assets t+1 dengan
nonperforming asset t.
Semua variabel dideflasi dengan
nilai buku ekuitas ditambah cadangan kerugian pinjaman. Jadi perhitungan akrual
kelolaan yaitu
DAit = TAit
+ NDAit
|
Keterangan:
TAit : Total akrual (untuk yang model
akrual khusus, total akrual dihitung berdasarkan total saldo penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP))
DAit : Akrual kelolaan
NDAit : Akrual non kelolaan
h. The Cross-Sectional Models
Baik model Jones cross-sectional
dan model Jones modifikasi cross-sectional
adalah sama dengan model Jones dan model Jones modifikasi, kecuali bahwa
parameter model diestimasi dengan menggunakan data cross-sectional bukan data time series.
Model cross-sectional dan time series berbeda asumsi. Model cross-sectional mengasumsikan bahwa
korelasi antara akrual non kelolaan dan penentuan akrual, seperti perubahan
dalam pendapatan dan PPE (bruto), ditentukan oleh kelompok industri dan situasi
ekonomi sekarang sedangkan model time
series mengasumsikan bahwa korelasi ditentukan oleh karakteristik spesifik
perusahaan.