A.
KONSEP
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Penganggaran adalah proses atau
metoda untuk mempersiapkan anggaran. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses
penentuan jumlah antara alokasi dana untuk program/aktivitas. Aspek-aspek anggaran sektor
publik:
1.
Perencanaan
2.
Pengendalian
3.
Akuntabilitas
B.
PENGERTIAN
PENGGARAN SEKTOR PUBLIK
Anggaran publik merupakan rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam satuan
moneter atau suatu dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu organisasi yang meliputi informasi
pendapatan, belanja, dan aktivitas.
Anggaran
sektor publik adalah
perencanaan finansial
tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi di
masa mendatang dengan melihat data yang diperoleh dari masa lalu sebagai acuan
penetapan anggaran.
Anggaran
sektor publik harus dapat memenuhi kriteria, antara lain: merefleksikan
perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat serta menentukan
penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah atau pemerintah
daerah.
Anggaran
sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat,
seperti listrik, air bersih, kualitas
kesehatan, pendidikan, dan lain-lain agar terjamin secara layak. Maka dari itu
tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh
pemerintah melaui anggaran yang dibuatnya.
C.
PENTINGNYA
ANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
1. Dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat.
2. Merupakan
alat utama kebijakan fiskal.
3. Sebagai
alat pemerintah untuk
mengarahkan pembangunan, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
4. Anggaran diperlukan karena kebutuhan masyarakat yang tidak
terbatas dan berkembang, sedang sumber daya terbatas.
5. Diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah bertanggung
jawab terhadap rakyat.
D.
FUNGSI
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Berdasarkan
uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa anggaran sektor publik memiliki beberapa
fungsi, diantaranya:
§
Sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja
dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
§
Sebagai alat pengendalian unit kerja. Anggaran memberikan rencana detail atas
pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik.
§
Sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam pencapaian visi organisasi.
§
Pedoman bagi pemerintah untuk mengelola negara untuk periode
masa mendatang.
Pengaruh dan Tujuan Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting yang dimiliki
pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Untuk mencapai tujuan organisasi,
penganggaran mutlak diperlukan. Anggaran sektor publik dibuat untuk
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya
yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah
tersebut.
E.
PERKEMBANGAN
anggaran sektor Publik DAN
JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya menjadi
instrumen kebijakan multifungsi
yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.
1.
Tercermin pada
komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan
tujuan pelayanan masyarakat yang
diharapkan.
2.
Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus digunakan sebagai alat pengendalian.
3.
Fungsi perencanaan dan pengawasan akan baik
jika sistem anggaran serta pencatatan penerimaan dan pengeluaran dilakukan dengan
cermat dan sistematis.
Pendekatan
utama perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik:
1.
Anggaran tradisional/konvensional
2.
Anggaran dengan pendekatan New
Public Management
Jenis Anggaran Sektor Publik:
1.
Anggaran Tradisional
Anggaran tradisional antara lain:
Ciri-ciri anggaran tradisional antara lain yaitu:
a.
Cara penyusunan anggaran
berdasarkan pendekatan incrementalisme. Berikut merupakan keterangan mengenai incrementalisme :
(i)
Penekanan dan tujuan
utama pendekatan tradisional antara lain pada pengawasan dan pertanggungjawaban yang
terpusat.
(ii)
Bersifat incrementalisme,
yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang
sudah ada sebelumnya dengan data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa kajian yang mendalam
atau kebutuhan yang wajar.
(iii)
Masalah utama anggaran
tradisional
adalah tidak memperhatikan konsep
value for money (ekonomi, efisiensi dan
efektivitas)
(iv)
Kinerja dinilai
berdasarkan habis tidaknya anggaran
yang diajukan, bukan pada pertimbangan output yang dihasilkan dari
aktivitas yang dilakukan dibandingkan dengan target kinerja yang dikehendaki (outcome).
b.
Struktur dan susunan anggaran yang
bersifat line-item.
c.
Cenderung sentralistis
d.
Bersifat spesifikasi;
e.
Tahunan; dan
f.
Menggunakan prinsip anggaran
bruto.
Kelemahan anggaran tradisional antara lain:
1.
Hubungan yang tak rnemadai
(terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan jangka panjang
2.
Pendekatan incrementalisme menyebabkan
sejumlah besar pengeluaran tak pernah diteliti secara menyeluruh
efektivitasnya.
3.
Lebih berorientasi pada input daripada
output, sehingga tak dapat sebagai alat
untuk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau
memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana
telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.
4.
Sekat antar departemen yang
kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai dan berpeluang menimbulkan konflik,
overlapping, kesenjangan, dan persaingan antar departemen
5.
Proses anggaran terpisah untuk
pengeluaran rutin dan pengeluaran modal atau investasi.
6.
Anggaran tradisional bersifat tahunan.
Anggaran tersebut tak terlalu pendek, terutama untuk proyek modal dan mendorong praktik yang tak sehat (KKN).
7.
Sentralisasi penyiapan anggaran,
ditambah dengan informasi yang tak memadai
menambah lemahnya perencanaan anggaran sehingga muncul budenganet padding atau budenganetary
slack.
8.
Persetujuan anggaran yang
terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti
seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggaran.
9.
Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tak memadai yang menjadi
dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.
10.
Anggaran tradisional tidak rnampu
mengungkapkan besarnya dana dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan gagal memberikan informasi
tentang besarnya rencana kegiatan. Sehingga
tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan
anggaran.
a)
Incrementalism
Cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis (historic
cost of service) tanpa memperhatikan pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah
pelayanan tertentu yang dibiayai dengan pengeluaran pemerintah masih dibutuhkan
atau masih menjadi prioritas?
b. Apakah
pelayanan yang diberikan telah terdistribusi secara adil dan merata di antara
kelompok masyarakat?
c. Apakah
pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?
d. Apakah
pelayanan yang diberikan mempengaruhi pola kebutuhan publik?
Akibat konsep historic cost of service adalah suatu item, program
atau kegiatan muncul lagi dalam anggaran tahun berikut meski sudah tak dibutuhkan. Perubahan menyangkut jumlah rupiah yang
disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya
b)
Line-item
Ø Struktur anggaran bersifat line-item didasarkan atas sifat (nature)
dari penerimaan dan pengeluaran.
Ø Tak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang sebenarnya sudah tidak relevan lagi
Ø Penilaian kinerja tak akurat karena tolok ukur yang digunakan hanya pada ketaatan dalam menggunakan dana yang
diusulkan.
Ø Dilandasi alasan orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran, bukan tujuan yang ingin
dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.
2. Anggaran Publik Dengan Pendekatan NPM
Era
New Public Management
Anggaran dengan pendekatan New Public Management (NPM) adalah anggaran yang
berorientasi pada kinerja yang terdiri dari:
a. Planning Programming and and Budenganeting System (PPBS)
b.
Zero Based Budenganeting (ZBB)
c.
Performance Budenganeting
Sejarah NPM:
Ø Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen
sektor publik yang drastis dari sistem manajamen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi
model yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Ø Model NPM mulai dikenalkan tahun 1980-an dan kembali populer tahun 1990-an yang mengalami beberapa bentuk inkamasi, misalnya munculnya konsep:
1.
“manageriallism" (Poilit, 1993);
2.
"market-based public
administration" (Lan, Zhiyong, and Rosenbloom, 1992);
3.
"post-bureaucratic
paradigm" (Barzelay, 1992); dan
4.
"entrepreneurial government" (Osborne and Gaebler, 1992).
Ø NPM berfokus pada kinerja organisasi, bukan pada kebijakan.
Konsekuensinya, pemerintah dituntut untuk melakukan efisiensi, cost cutting
dan kompetisi tender.
Ø Salah satu model pemerintahan di era NPM adalah model pemerintahan
Osbome dan Gaebler (1992) yang dikenantara lain dengan konsep "reinventing
government". Perspektif baru
pemerintah menurut Osbome dan Gaebler tersebut adalah:
1.
Pemerintahan katalis, fokus
pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan publik
2.
Pemerintah milik masyarakat, memberdayakan
masyarakat daripada melayani dengan memberikan wewenang kepada masyarakat
3.
Pemerintah yang kompetitif, kompetisi
adalah satu-satunya cara untuk
menghemat biaya sekaligus
meningkatkan kualitas
pelayanan
4.
Pemerintah yang digerakkan oleh misi, bukan
peraturan
5.
Pemerintah yang berorientasi hasil, berusaha
mengubah bentuk penghargaan dan insentif, yaitu membiayai hasil bukan masukan
6.
Pemerintah berorientasi pada pelanggan, mengidentifikasi
pelanggan sesunguhnya, menciptakan dual accountibility
kepada legislatif dan
masyarakat
7.
Pemerintahan wirausaha, mampu
menciptakan pendapatan tidak sekedar membelanjakan
8.
Pemerintah antisipatif, tidak
reaktif tetapi proaktif (berupaya mencegah daripada mengobati)
9.
Pemerintah desentralisasi, dari hierarki menuju
partisipatif dan tim kerja. Pengambilan keputusan digeser ke tangan masyarakat,
asosiasi dan LSM
10.
Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar;
perubahan dengan mekanisme
pasar (mekanisme insentif)
bukan dengan mekanisme (sistem prosedur dan pemaksaan)
Ø Perbandingan anggaran
tradisional dengan anggaran berbasis NPM
Anggaran
Tradisional
|
New Public Management
|
Sentralistis
|
Desentralisasi dan devolved
management
|
Berorientasi pada
input
|
Berorientasi pada
input, output dan outcome
(value for money)
|
Tak
terkait dengan perencanaan jangka panjang
|
Utuh dan komprehensif
dengan perencanaan
Jangka
panjang
|
Line-item
dan incrementantara lain
|
Berdasarkan
sasaran kinerja
|
Rigid department
|
Cross
department
|
Gunakan
aturan klasik, vote
accounting
|
ZBB,
PPBS
|
Prinsip
anggaran bruto
|
Sistematik
dan rasional
|
Bersifat
tahunan
|
Bottom-up budenganeting
|
Spesifik
|
|
PERUBAHAN PENDEKATAN anggaran
Ø Era new public management mendorong usaha untuk mengembangkan
pendekatan yang sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik, antara
lain:
1.
Teknik Anggaran Kinerja/Performance
Budgeting
2. Zero Based Budgeting/ZBB
3. Planning, Programming dan
Budgeting System/PPBS
Ø Karakteristik pendekatan baru sistem anggaran publik
1.
Komprehensif/komparatif
2.
Terintegrasi dan lintas
departemen
3.
Proses pengambilan keputusan yang
rasional
4.
Berjangka panjang
5.
Spesifikasi tujuan dan
perankingan prioritas
6.
Analsis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7.
Berorientasi input, output dan outcome
8.
Adanya pengawasan kinerja
anggaran KINERJA
Ø Anggaran dengan pendekatan kinerja menekankan konsep value for
money dan pengawasan atas kinerja output
Ø Dominasi pemerintah dapat diawasi dan dikendalikan antara lain melalui
internal cost awareness, audit keuangan dan kinerja.
Ø Sistem anggaran kinerja merupakan sistem yang mencakup penyusunan
program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan
sasaran
ZERO BASED BUDGETING
(ZBB)
Ø Proses implementasi ZBB, tiga tahapan:
1.
Identifikasi unit-unit
keputusan
2.
Penentuan paket-paket keputusan
a.
Paket keputusan mutually-exclusive adalah paket-paket
keputusan yang memiliki fungsi yang sama
b.
Paket keputusan incremental;
merefleksikan tingkat usaha yang berbeda
3.
Meranking dan mengevaluasi keputusan
Ø Keunggulan ZBB
1.
Jika ZBB dilaksanakan dengan
baik maka dapat menghasilkan antara lain alokasi sumber daya secara lebih
efisien
2.
ZBB berfokus pada value for
money
3.
Memudahkan identifikasi terjadinya
inefisiensi dan ketidakefektivan biaya
4.
Meningkatkan pengetahuan dan
motivasi staf dan manajer
5.
Meningkatkan partisipasi
manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran
6.
Merupakan cara yang sistematik untuk
menggeser status quo dan mendorong organisasi untuk selalu menguji alternatif aktivitas dan
pola perilaku biaya serta tingkat pengeluaran
Ø Kelemahan ZBB
1.
Time consuming, terlalu teoritis dan tak praktis, membutuhkan biaya besar, dan menghasilkan kertas kerja yang
menumpuk karena pembuatan paket keputusan
2.
ZBB cenderung menekankan
manfaat jangka pendek
3.
Implementasi ZBB membutuhkan
teknologi maju
4.
Masalah terbesar ZBB adalah proses meranking dan
mereview paket keputusan yang merupakan pekerjaan melelahkan dan membosankan sehingga
dapat mempengaruhi keputusan
5.
Meranking paket keputusan membutuhkan staf yang mempunyai keahlian yang
tak mungkin dimiliki organisasi. Dalam perankingan sering kali muncul
pertimbangan subyektif dan tekanan politik
6.
Memungkinkan munculnya kesan yang
keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk dalam anggaran
7.
Implementasi ZBB menimbulkan
masalah keperilakuan dalam organisasi
PLANNING,
PROGRAMMING dan BUdgeting
SYSTEM (PPBS)
Ø
PPBS adalah teknik penganggaran yang
berorientasi pada output dan tujuan, penekanan utamanya adalah alokasi sumber
daya berdasarkan analisis ekonom
Ø Proses Implementasi PPBS
Tahapan
implementasi PPBS sebagai berikut:
1.
Menentukan tujuan umum
organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
2.
Mengidentifikasi program dan
kegiatan untuk mencapai tujuan
3.
Mengevaluasi berbagai alternatif
program dengan menghitung cost-benefit
4.
Pemilihan program yang memiliki
manfaat besar dengan biaya kecil
5.
Alokasi sumber daya ke setiap program yang disetujui
Program yang disusun harus terkait dengan tujuan organisasi dan
tersebar ke seluruh bagian organisasi
Ø Karakteristik PPBS
1.
Berfokus pada tujuan dan
aktivitas program untuk mencapai tujuan
2.
Berorientasi masa depan sehingga
secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran.
3.
Mempertimbangkan semua biaya yang
terjadi
4.
Analisis secara sistematik atas
berbagai alternetif program, meliputi
a.
identifikasi tujuan
b.
identifikasi secara sistematik alternatif program untuk
mencapai tujuan
c.
estimasi biaya total setiap alternatif
program
d.
estimasi manfaat/hasil yang
ingin diperoleh dari setiap alternative program
Ø Kelebihan PPBS
1.
Memudahkan pendelegasian tanggung
jawab dari manajemen puncak ke menengah
2.
Dalam jangka panjang mengurangi
beban kerja
3.
Memperbaiki kualitas pelayanan
melalui pendekatan sadar biaya (cost consciousness/awareness) dalam perencanaan program
4.
Lintas departemen sehingga
meningkatkan komunikasi, koordinasi dan kerja sama antar departemen
5.
Eliminasi program overlapping
atau bertentangan dengan pencapaian tujuan
6.
Aplikasikan teori marginal utility;
mendorong alokasi sumber daya optimal.
Ø Kelemahan PPBS
1.
Membutuhkan sistem informasi
canggih, ketersediaan data, adanya sistem pengukuran dan staf yang
berkapabilitas tinggi
2.
Membutuhkan biaya besar karena membutuhkan
teknologi yang canggih
3.
Secara teori bagus, tetapi sulit mengimplementasikan
4.
Abaikan realitas politik dan
organisasi sebagai kumpulan manusia yang kompleks
5.
Teknik anggaran yang statistically oriented sehingga kurang
tajam mengukur efektivitas program dan hanya tepat mengukur beberapa program tertentu
6.
Pengaplikasiannya menghadapi masalah teknis, sulit mengalokasikan biaya karena sifat kegiatan/program yang
lintas departemen. Sementara itu sistem akuntansi berdasarkan departemen bukan
program
Ø Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS
1.
Keterbatasan dalam menganalisis semua alternative untuk melakukan aktivitas
2.
Kurangnya data untuk membandingkan semua alternative, utamanya mengukur output
3.
Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa yang akan datang, perubahan
politik dan ekonomi
4.
Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban
pekerjaan yang sangat berat
5.
Kesulitan menentukan tujuan dan perankingan terutama
karena conflict of interest
6.
Seringkali tak memungkinkan perubahan program secara cepat dan
tepat
7.
Resistance to change berupa hambatan birokrasi dan perlawanan politik
8.
Pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan proses
pengambilan keputusan politik.
9.
Pemerintah beroperasi pada
situasi yang tidak rasional.
F.
PRINSIP-PRINSIP
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Menurut Shafritz dan Russell,1977 serta dalam buku yang ditulis
oleh Ihyaul Ulum, prinsip-prinsip penyusunan anggaran meliputi:
a) Demokratis
Anggaran
Negara (baik pusat dan daerah) baik berkaitan dengan pendapatan maupun
pengeluaran harus ditetapkan melalui suatu proses yang mengikutsertakan unsur
masyarakat, harus dibahas dan mendapat persetujuan lembaga perwakilan rakyat.
b) Adil
Harus diarahkan untuk kepentingan orang banyak dan secara proporsional antara
lain, dialokasikan bagi semua kelompok masyarakat sesuai kebutuhannya.
c) Transparan
Proses perencanaan, pelaksanaan, serta pertanggung jawaban harus
diketahui tidak saja oleh wakil rakyat, tetapi juga oleh masyarakat umum.
d) Bermoral tinggi
Pengelolaan anggaran harus berpegang peraturan perundangan yang berlaku,
dan juga senantiasa mengacu pada etika dan moral yang tinggi.,
e) Berhati-hati
Harus dilakukan secara berhati-hati, karena sumber daya terbatas dan mahal.
Hal ini semakin terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang negara.
f) Akuntabel
Harus dapat dipertanggung jawabkan setiap saat secara intern maupun
ekstern kepada rakyat.
g) Otorisasi oleh legislatif
Anggaran
public harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum
eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
h) Periodik
Artinya anggaran merupakan sesuatu yang
bersifat periodik, bisa tahunan maupun multi tahunan.
i)
Akurat
Penganggaran
harusnya dilakukan dengan akurat dengan menyesuaikan antara pengeluaran dan
pendapatan.
j) Jelas
Anggaran
hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan.
k) Diketahui publik
Maksudnya
adalah anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
l)
Selain prinsip-prinsip tersebut, secara fundamental dalam pengelolaan
anggaran negara harus senantiasa efisien (biaya), efektif
(tujuan) dan ekonomis (pemanfaatan
sumber daya yang ada).
G.
PROSES
PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Proses
penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan:
1. Membantu
pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian
2. Membantu
menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik
3.
Memungkinkan
bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja
4. Meningkatkan
transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
Faktor dominan dalam proses penganggaran:
- Tujuan
dan target yang hendak dipakai
- Ketersediaan
sumber daya
- Waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target
- Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi anggaran
H.
PRINSIP-PRINSIP
POKOK DALAM SIKLUS ANGGARAN
Pentingnya keterlibatan pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa publik:
- Stabilitas ekonomi
- Redistribusi
pendapatan
- Alokasi sumber daya
Siklus
anggaran ada
4 tahap (Henley, et antara lain, 1990):
1. Tahap
Persiapan Anggaran (Preparation).
2. Tahap
Ratifikasi (Approvantara lain/Ratification).
3.
Tahap Implementasi (Implementation).
4. Tahap
Pelaporan dan Evaluasi
(Reporting dan Evaluation).
CONTOH KASUS
Akuntabilitas Anggaran Publik,
Konferensi Administrasi Negara III, Bandung, 6-8 Juli 2010 10 Juli 2010 Sebuah
pertemuan akbar diantara para dosen dan peneliti bidang ilmu administrasi
negara digelar di kota Bandung, tgl 6-8 Juli 2010. Ini adalah konferensi
nasional yang ketiga kalinya setelah yang pertama di UGM-Jogja, dan yang kedua
di Unair-Surabaya. Saya menulis paper tentang akuntabilitas anggaran publik.
Saya tidak bisa memaparkannya dalam KAN-3 ini karena sakit, tetapi saya
berharap ide dalam paper saya tetap bisa memberi kontribusi. Rendahnya
akuntabilitas anggaran publik, terutama jika disoroti dari proses perumusan
APBD dan realisasinya, terbukti dari tiga fenomena pokok. Pertama, perumusan
APBD sejauh ini masih didikte oleh kepentingan politik para elit pejabat di
daerah, baik di jajaran eksekutif maupun legislatif.
Akibatnya, kepentingan untuk
memakmurkan rakyat seringkali terpinggirkan. Kedua, prioritas belanja daerah
ternyata masih sangat dipengaruhi alokasi untuk gaji dan belanja pegawai, bukan
untuk membuat program-program yang responsif bagi rakyat di daerah.
Kecenderungan seperti ini sesungguhnya sudah ada sejak masa pemerintahan Orde
Baru, di mana SDO (Subsidi Daerah Otonom) selalu menyedot dana publik yang
proporsinya begitu besar. Ketiga, kurangnya kemampuan perencanaan dan
penganggaran diantara para pegawai Pemda dan semakin ketatnya ketentuan
pengadaan barang dan jasa mengakibatkan semakin besarnya SiLPA (Sisa Lebih
Penggunaan Anggaran). Akibatnya, sekali lagi semakin banyak dana APBD yang
kurang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kemakmuran rakyat karena tidak bisa
dibelanjakan secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:
Andi