ABM ( Activities-Based Management)
Pengertian Manajemen Berbasis Aktivitas (Activity-Based
Management)
Manajemen berbasis aktivitas adalah pendekatan
pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan untuk
meningkatkan cuntomer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value
tersebut. Dari definisi ini, terdapat dua frasa penting, yaitu :
1. Berfokus ke pengelolaan secara terpadu dan
bersistem terhadap aktivitas. Yaitu
serangkaian kegiatan yang membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan
penyerahan jasa. Di dalam manajemen tradisional, proses pembuatan produk dan
penyerahan jasa dipecah ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, karena
diyakini bahwa jika pengerjaan bagian-bagian yang lebih kecil dilaksanakan
secara berkualitas dan efisien, proses pembuatan produk dan penyerahan jasa
secara keseluruhan akan berkualitas dan efisien. Oleh karena itu, manajemen
berbasis aktivitas berusaha memadukan kembali proses pembuatan produk dan
penyerahan jasa yang telah difragmentasi dalam manajemen tradisional tersebut,
dengan memfokuskan ke pengelolaan secara terpadu dan berbasis system terhadap
aktivitas pembuatan produk dan penyerahan jasa.
2. Bertujuan untuk meningkatkan customer value dan
laba. Tujuan manajemen berbasis
aktivitas adalah untuk improvement secara berkelanjutan terhadap customer value
dan penghilangan pemborosan. Dengan hilangnya pemborosan tersebut, biaya dapat
berkurang dan sebagai akibatnya laba akan meningkat. Pengurangan biaya
merupakan akibat dari dihilangkannya pemborosan. Pemborosan diakibatkan oleh
adanya aktivitas-bukan-penambah nilai (non-value-added activity) dan aktivitas
penambah nilai (value-added activity) yang tidak dilaksanakan secara efisien.
Dengan demikian focus manajemen berbasis aktivitas adalah penyebab terjadinya
biaya itu sendiri.
Manajemen berbasis aktivitas
mencakup analisis nilai proses (process value analysis) dan penentuan biaya
proses. Analisis nilai proses adalah evaluasi terhadap nilai yang dapat
dihasilkan oleh suatu proses. Suatu proses terdiri dari serangkaian aktivitas
untuk menghasilkan nilai bagi customer. Rangkaian aktivitas untuk menghasilkan
nilai bagi customer dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
aktivitas-penambah nilai dan aktivitas-bukan-penambah nilai. Penentuan biaya
proses adalah perhitungan nilai sumber daya yang dikorbankan untuk menjalankan
suatu proses penciptaan nilai bagi customer.
Dengan demikian manajemen
aktivitas memiliki dua dimensi, yaitu : analisis terhdap nilai yang dihasilkan
oleh proses (process value analysis) dan biaya yang diperlukan untuk
menghasilkan nilai tersebut (activity-based costing).
Atribut yang melekat pada produk
tidak secara otomatis menghasilkan value bagi customer. Melalui
proses pemakaian, atribut produk menghasilkan value bagi cuntomer, jika atribut
tersebut mampu memenuhi kebutuhan customer.
Proses pemakaian terdiri dari
enam tahap yang disingkat dengan FATSUDS, yaitu :
1. Find. Costomer harus menemukan lokasi untuk mendapatkan
produk atau jasa yang dibutuhkan.
2. Acquire. Kegiatan membeli mencakup pemesanan, pembayaran,
pembelanjaan, pemindahan, dan pendaftaran hak milik atas produk yang dibeli.
3. Transport. Setelah dibeli, customer mungkin perlu mengangkut
produk dari tempat penjualan ke lokasi pemakaian.
4. Store. Customer kemungkinan perlu menyimpan produk yang
dibeli, sebelum waktunya dimanfaatkan.
5. Use. Pada tahap ini customer memanfaatkan produk atau
jasa untuk memenuhi kebutuhannya.
6. Dispose of. Setelah dipakai, ada kemungkinan customer harus
membuang sisa produk yang tidak digunakan atau produk yang sudah habis
manfaatnya.
7. Stop. Dalam masa pemakaian, ada kemungkinan customer
ingin menghentikan pemakaian produk atau jasa tersebut.
Pemanfaatan
Informasi Tentang Aktivitas Untuk Manajemen Berbasis Aktivitas
Dalam implementasi anggaran,
manajemen berbasis aktivitas digunakan untuk mengelola sumber daya dalam
merealisasikan activity sharing dan activity selection terhadap aktivitas
penambaha-nilai dan activity reduction dan activity elimination terhadap aktivitas-bukan-penambah
nilai yang telah direncanakan dalam anggaran. Manajemen berbasis aktivitas
dalam implementasi anggaran ditujukan untuk mewujudkan cost reduction target
yang ditetapkan dalam anggaran.
Dalam pemantauan terhadap
implementasi anggaran, manajemen berbasis aktivitas digunakan sebagai rerangka
pengukuran kinerja personel dan penyediaan informasi umpan balik bagi personel
tentang keberhasilan mereka dalam melakukan improvement terhadap aktivitas yang
digunakan oleh perusahaan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
Maka terlihat bahwa potensi luar biasa yang dihasilkan
dari pengintegrasian activity-based budgeting, activity-based management, dan
activity-based cost system adalah :
1. Tersedianya informasi lengkap tentang aktivitas.
2. Dengan informasi lengkap tentang aktivitas tersebut,
personel perusahaan dapat melaksanakan pengelolaan berdasarkan kekuatan fakta.
Process-Value
Analysis untuk Memahami Aktivitas
Process value analysis merupakan
pendekatan untuk memahami aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk
menghasilkan produk dan jasa bagi customer. Process-value analysis berkaitan
dengan :
1. Analisis pemacu (driver analysis)
2. Analisis aktivitas
3. Pengelolaan aktivitas
4. Pengukuran kinerja
Tujuan analisis ini adalah mencari cara untuk
memaksimumkan kinerja system yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
customers.
Pemanfaatan
Informasi tentang Pemacu (Driver)
Pemacu adalah penyebab timbulnya
konsumsi sesuatu. Ada dua macam pemacu biaya (cost driver), yaitu :
1. Resource driver, adalah factor yang menjadi penyebab
konsumsi sumber daya oleh aktivitas.
2. Activity driver, adalah factor yang menjadi penyebab
timbulnya konsumsi aktivitas oleh cost object.
Analisis pemacu adalah usaha untuk mencari factor
penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. jika penyebab timbulnya biaya telah
diketahui, dapat dicari tindakan untuk melakukan improvement terhadap
aktivitas.
Pemanfaatan
Informasi tentang Aktivitas
Analisis
aktivitas adalah proses pengidentifikasian, penggambaran, dan evaluasi
aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi. Analisis aktivitas dilaksanakan
dalam empat langkah :
- Aktivitas apa yang dikerjakan
- Berapa orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut
- Waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut
- Penaksiran value aktivitas tersebut bagi organisasi
· Aktivitas-penambah nilai. Aktivitas-penambah nilai adalah aktivitas untuk
mempertahankan perusahaan tetap bertahan dalam bisnisnya.
· Aktivitas-bukan-penambah nilai. Aktivitas-bukan-penambah nilai merupakan
aktivitas yang tidak diperlukan dalam menghasilkan value bagi konsumen.
Manajemen
terhadap Aktivitas
Setelah
dilakukan pengidentifikasian berbagai aktivitas maka langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan pengelolaan aktivitas itu sendiri.Untuk tujuan ini, perlu diketahui
aktivitas bukan penambahan nilai yang perlu dikurang dan dihilangkan serta
aktivitas-penambah nilai yang perlu dijadikan efisien dalam pelaksanaannya.
Dalam
kegiatan manufaktur terdapat 5 golongan aktivitas-bukan-penambah nilai :
- Pembuatan skedul
- Pemindahan
- Penantian
- Inspeksi
- Penyimpanan
Kelima golongan aktivitas
tersebut merupakan aktivitas yang sebenarnya tidak menambah nilai bagi
customer, sehingga dalam jangka panjang harus dihilangkan dari proses pembuatan
produk.
Sistem Informasi
Biaya Untuk Mendukung Manajemen Berbasis Aktivitas
Sistem informasi biaya berperan
besar dalam mengukur tindakan dan hasil, serta dapat digunakan sebagai dasar
untuk memberikan penghargaan kepada personel yang berprestasi. Peran ini sering
kali disebut dengan akuntansi pertanggungjawaban dan merupakan alat utama bagi
manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian. Akuntansi
pertanggungjawaban terdiri dari empat unsure utama :
1. Penetapan tanggung jawab.
2. Penentuan ukuran kinerja.
3. Evaluasi kinerja.
4. Pemberian penghargaan.
Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional
Sistem akuntansi pertanggungjawaban yang didesain
untuk menghadapi lingkungan bisnis yang stabil disebut akuntansi
pertanggungjawaban tradisional. Sistem ini didesain di masa lalu, yang
digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang pada waktu itu menghadapi lingkungan
bisnis yang relative stabil. Fokus sistem
akuntansi pertanggungjawaban tradisional adalah kinerja masa lalu dan digunakan
untuk mengendalikan tindakan manajer.
1. Penetapan Tanggungjawab
System akuntansi
pertanggungjawaban tradisional berfokus ke unit organisasi dan manajer yang
bertanggungjawab atas unit organisasi tersebut. Pertama kali dibentuk
pusat-pusat pertanggungjawaban, kemudian ditetapkan manajer yang
bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tersebut. Tanggungjawab setiap
manajer pusat pertanggungjawaban diukur dalam satuan uang (misalnya Biaya),
dipantau, dihargai berdasarkan system akuntansi pertanggungjawaban.
2. Keyakinan Dasar
Keyakinan dasar yang melandasi system akuntansi
pertanggungjawaban tradisional adalah: “sumber daya dihubungkan dengan wewenang
manjer dengan keyakinan bahwa dengan wewenangnya, manjer akan dapat
mempengaruhi biaya yang berada di bawah wewenangnya.” Berdasarkan keyakinan
ini, suatu biaya yang berada di bawah wewenang seorang manajer disebut dengan biaya
(controllable cost). Di lain pihak, suatu biaya yang tidak berada di bawah
wewenang manajer yang bersngkutan disebut biaya tidak terkendalikan.
3. Penentuan Ukuran KInerja
Untuk mengukur kinerja unit
organisasi yang dibentuk, ditentukan ukuran kinerja. Dalam akuntansi
pertanggungjawaban tradisional, anggaran dan biaya standar merupakan ukuran
kinerja manajer unit organisasi yang dibentuk. Standar yang ditetapkan
cenderung tidak diubah sepanjang tahun. Disamping itu, standar merupakan acuan
yang harus dicapai sepanjang standar tersebut diberlakukan. Dengan demikian,
Selama standar tersebut diberlakukan, tidak terdapat motivasi bagi personel
untuk melakukan improvement terhadap proses untuk membuat produk.
4. Penilaian Kinerja
Kinerja diukur dengan cara
membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan. Manajer yang
bertanggungjawab untuk mengelola unit organisasi hanya dimintai
pertanggungjawaban atas biaya yang terkendalikan melalui wewenang yang
dimilikinya. Dalam system akuntansi pertanggungjawaban tradisional,
manajer unit organisasi terutama dimintai pertanggungjawaban tentang biaya
terkendalikan (controllable costs).
5. Pemberian Penghargaan
Dalam akuntansi
pertanggungjawaban tradisional, system penghargaan didesin untuk mendorong
manajer melakukan pengelolaan terhadap biaya.
Sistem
Akuntansi Biaya Berbasis Aktivitas ( Activity Based Cost System)
Sistem Akuntansi Biaya Berbasis
Aktivitas didesai untuk menghadapi lingkungan bisnis yang turbulen. Dalam
lingkungan bisnis yang senantiasa berubah perusahaan harus melakukan
improvement secara berkelanjutan terhadap proses yang digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa. Sistem ini didesain untuk mendorong personel
untuk melakukan improvement secara berkelanjutan terhadap proses pembuatan
produk dan penyerahan jasa.
1. Penetapan Tanggungjawab
Dalam menghadapi lingkungan yang
turbulen, perusahaan harus senantiasa melakukan improvement terhadap proses,
sehinnga hanya proses lah yang merupakan unit perubahan. Prose merupakan serangkaian aktivitas
untuk mewujudkan tujuan tertentu. Terdapat dua metode untuk mengubah cara
mengerjakan sesuatu yaitu :
· Process Improvement adalah peningkatan sedikit demi
sedikit secara terus menerus terhadap efesiensi proses yang ada.
· Process innovation adalah perubahan secara radikal
cara untuk mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan improvement secara dramatis
sebagai respon terhadap tuntutan waktu, kualitas, danefesiensi.
2. Keyakinan Dasar
Keyakinan dasar yang melandasi system akuntansi
pertanggungjawaban berbasis aktivitas adalah :”Biaya ada penyebabnya dan
penyebab biaya dapat dikelola (cost is caused and the causes of cost can be
managed).” Berdasarkan keyakinan ini hanya
dengan menghubungkan biaya ke wewenang tidaklah cukup. Untuk dapat
mengendalikan biaya, disamping wewenang, personel harus memiliki fakta tentang
penyebab timbulnya biaya yaitu aktifitas.
3. Penetuan Ukuran Kinerja
Dalam system informasi biaya
berbasis aktivitas, standar dipakai sebagai ukuran kinerja. Standar dalam
system informasi biaya berbasi aktivitas ditentukan untuk setiap proses, bukan
standar untuk unit organisasi. Standar berkaitan dengan efesiensi
proses dan produktifitas keluaran proses.
4. Penilaian Kinerja
Dalam system akuntansi biaya
brbasis aktivitas, kinerja diukur berdasarkan waktu, kualitas, dn efesiensi.
Manajer terutam bertanggungjawab untuk mengurangi waktu yang diperlukan oleh
suatu proses untuk menyerahkan keluaran kepada customer. Oleh karena itu ukuran
kinerja yang penting adalah waktu siklus (cycle time) dan penyerahan tepat
waktu (on time delivery). Oleh karena itu ukuran kinerja yang penting adalah
waktu siklus (cycle time) dan penyerahan tepat waktu (on time delivery). Oleh
karena itu ukuran kinerja yang penting adalah waktu siklus (cycle time) dan
penyerahan tepat waktu (on time delivery). Ukuran kinerja lain yang penting
adalah kualitas dan efesiensi.
Ukuran produktivitas daan biaya ditekankan untuk mengadakan perubahan terhadap
efesiensi.
5. Pemberian perhargaan
Dalam sistem informasi biaya
termasuk aktivitas, sistem penghargan didesain lebih lebih komplek dibandingkan
dengan yang diguanakan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban taradisional.
Individu yang diukur kinerjanya dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
kinerja tim sekaligus kinerja individu. Oleh karena penekanan diletakkan ke improvement tehadap proses, dan improvement terhadap proses hamper
seluruhnya dicapai melalui usaha tim, maka penghargaan berbasis kelompok lebih
cocok dibandingkan dengan penghargaan yang bersifat individual. Bonus diberikan
kepada tim jika kinerja tim dapat mempertahankan semua ukuran kinerja tersebut
(kos, waktu, kualitas, perputaran persediaan, produk rusak, dan waktu siklus)
dan berhasil melakukan improvement
pada salah satu ukuran tersebut.
Cost Management Versus Activity Management
Sistem akuntansi pertanggung jawaban tradisional
menyediakan informasi akuntansi bagi manajemen untuk melakukan manajemen biaya
(cost management), sedangkan sistem informasi biaya berbasis aktivitas
menyediakan informasi biaya untuk memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan
aktivitas (activity management). Berikut ini diuraikan beda konsep manajemen biaya
dan manajemen berbasis aktivitas yang menjelaskan efektivitas system imformasi
biaya berbasis aktivitas sebagai metode pengendalian biaya.
Mindset Yang Melandasi Manajemen
Berbasis Aktivitas
Mindset adalah sikap mental yang
dibentuk melalui pendidikan, pengalaman, dan prasangka. Mindset memberikan peta mental yang dipakai sebagai dasar untuk
bersikap dan bertindak. Manajemen berbasis aktivitas dilandasi oleh empat mindset berikut ini :
1. Cotomer value.
2. Continuous improvement.
3. Cross-functional mindset.
4. Employe empowerment mindset.
0 comments:
Posting Komentar
tolong diisi yha . .