Akuntansi merupakan
suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengelola dan menyajikannya
dalam laporan keuangan sebagai informasi pengambilan keputusan. Keputusan
tersebut berkaitan dengan masalah ekonomi namun juga dipengaruhi oleh
lingkungan bisnis yang terus menerus berubah karena adanya globalisasi. Sebagai
penyedia informasi, standar akuntansi pun harus selalu diperbaharui agar
praktek akuntansi tidak tergerus oleh globalisasi.
Sebagai penentu
standar akuntansi di Amerika Serikat, Financial
Accounting Standar Board (FASB) menetapkan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) sebagai standar
pelaporan keuangan di Amerika. Indonesia sebagai penganut faham akuntansi
keuangan di Amerika pun mengadopsi apa yang telah ditetapkan Amerika. Salah satu contoh PSAK yang menganut GAAP
adalah PSAK No 16 tentang aset tetap tahun 1994. PSAK No.16 tahun 1994
menyajikan aset tetap berdasarkan historical
cost-nya. Historical cost aset
tetap merupakan nilai perolehan dari aset tetap dan dikurangi dengan akumulasi
depresiasinya.
Penggunaan historical cost dalam penyajian laporan
keuangan di Indonesia, belum tentu sama dengan negara-negara lain karena
standar tiap negara berbeda-beda. Misalnya Belanda yang menggunakan historical cost namun tetap mencantumkan
historical cost untuk keperluan
pajak, Inggris yang menggunakan fair
value, historical cost, atau
campuran keduanya, dan Cina yang menggunakan historical cost namun dalam penyusutannya menggunakan manfaat
ekonomis, revaluasi pun boleh dilakukan apabila terjadi perpindahan
kepemilikan.
Standar akuntansi
yang mengatur aset tetap di setiap negara berbeda-beda sehingga menyebabkan
investor asing sulit untuk memahami laporan keuangan di masing-masing negara. Selain
itu penggunaan historical cost dalam
menilai aset tetap kurang mendekati kebenaran. Aset tetap dinilai dengan beban
yang dikeluarkan saat pembelian. Sedangkan ada beberapa aset tetap yang
harganya cukup fluktuatif, misalnya harga tanah, kendaraan, mesin,dll. Harga
tanah akan selalu meningkat, namun untuk mesin dan kendaraan terkadang
mengalami kenaikan atau penurunan harga. Jika hal ini terus-menerus terjadi,
maka akan terjadi ketimpangan antara nilai aset tetap di laporan keuangan
dengan nilai yang sesunggunya di pasar.
Ketika perusahaan
akan mengajukan utang, maka aset tetap akan menjadi salah satu penjamin. Hal
ini juga berlaku untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jika terus-menerus
menggunakan metode historical cost,
maka aset tetap yang tercantum pada laporan keuangan akan jauh dari kebenaran
karena tidak mengalami revaluasi. Hal ini berpengaruh pada tingkat utang yang
bisa diajukan oleh BUMN tersebut dan pada akhirnya pengembangan pun kurang
maksimal. Pengembangan BUMN sangat berperan penting bagi negara karena laba
BUMN menjadi salah satu sumber penerimaan negara.
Perbedaan standar
laporan keuangan di setiap negara mendorong dunia barat untuk mendirikan
lembaga yang meniliti dan menghasilkan standar pelaporan keuangan
internasional. Pada tahun 1973 dunia barat mendirikan International Accounting Standar Committe (IASC) dan pada tanggal 1
April 2001 diambil alih oleh International
Accounting Standar Board (IASB). Sejak tahun 1973, International Financial Reporting Standard (IFRS) sudah mulai
dirintis melalui International Accounting
Standards (IAS) lalu diteruskan oleh IASB sebagai pihak yang mengambil alih
IASC.
Kesepakatan
menggunakan IFRS diseluruh dunia diawali dengan perjanjian G-20 tanggal 15
November 2008 di Washington DC. Indonesia sebagai anggota G-20 baru mengadopsi
secara utuh mulai tahun 2012. Meskipun baru diadopsi secara utuh pada tahun
2012, Indonesia sudah mulai menyamakan PSAK dengan IFRS. PSAK 16 merupakan
salah satu PSAK yang telah sama dengan IFRS, yang berbeda dengan sebelumnya
adalah penggunaan fair value dalam
menilai aset tetap sehingga penilaian aset tetap lebih mendekati kebenaran.
PSAK 16 disesuaikan
dengan IFRS untuk membantu perusahaan agar mengetahui besarnya aset tetap yang
dimiliki. Namun tidak hanya perusahaan
swasta yang harus menerapkan IFRS, tapi Badan Usaha Milik Negara pun harus menerapkan
IFRS. Terdapat beberapa BUMN yang sudah menggunakan standar IFRS seperti PT.
Telekomunikasi Indonesia, PT. Semen Gresik, dan PT.Perusahaan Listrik Negara.
Keberadaan BUMN di
Indonesia sangat berpengaruh bagi pendapatan negara, sehingga perubahan apa pun
yang dialami BUMN akan berpengaruh pula terhadap pendapatan negara. Makalah ini
membahas seberapa besar perubahan yang dilakukan BUMN dalam rangka penerapan
IFRS.
0 comments:
Posting Komentar
tolong diisi yha . .