A. Materialitas
merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan. Materialitas adalah suatu pertimbangan penting dalam
menentukan jenis laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Sebagai
contoh, jika ada salah saji yang tidak material dalam laporan keuangan suatu
entitas dan pengaruhnya terhadap periode selanjutnya diperkirakan tidak terlalu
berarti, maka dapatlah dikeluarkan suatu laporan wajar tanpa pengecualian.
Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan
akuntansi dan pelaporan audit adalah:
Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap
material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan
pemakai laporan keuangan.
Dalam menerapkan definisi ini, digunakan tiga tingkatan
materialitas dalam mempertimbangkan jenis laporan yang dibuat:
1. Jumlahnya
tidak material.
Jika
terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cenderung tidak mempengaruhi
keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak material. Dalam
hal ini pendapat tidak wajar dapat diberikan.
2. Jumlahnya
material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan.
Tingkat
materialitas kedua terjadi jika salah saji di dalam laporan keuangan dapat
mempengaruhi keputusan pemakai, tetap bpi keseluruhan laporan keuangan tersebut
tersaji dengan benar, sehingga tetap berguna. Jika auditor menyimpulkan bahwa
salah saji tersebut cukup materialtetapi tidak mengganggu laporan keuangan
secara keseluruhan, pendapat yang tepat adalah pendapat wajar dengan
pengecualian (menggungakn “kecuali untuk”)
3. Jumlah
sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran lapora
keuangan secara keseluruhan diragukan.
Tingkat
materialitas tertinggi terjadi terjadi jika para pemakai dapat membuat
keputusan yang salah jika mereka mengandalakan laporan keuangan secara
keseluruhan. Semakin meluas pengaruh salah saji, kemungkinan untuk menerbitkan
pendapat tidak wajar akan lebih besar daripada pendapat wajar dengan
pengecualian.
Ikhtisar hubungan antara materialitas dan jenis
pendapat yang harus dikeluarkan:
TINGKAT MATERIALITAS
|
PENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEAMAKAI
|
JENIS PENDAPAT
|
|
Tidak material
|
Keputusan
biasanya tidak terpengaruh
|
Wajarnya
tanpa pengecualian
|
|
Material
|
Keputusan
biasanya terpengaruh jika informasi dimaksud penting terhadap keputusan yang
akan diambil. Laporan keuangan keseluruhan dianggap disajikan secara wajar.
|
Wajar
dengan pengecualian
|
|
Sangat material
|
Sebagian
besar dari seluruh keputusan yang didasarkan pada laporan keuangan sangat
terpengaruh
|
Pernyataan
tidak memberikan pendapat atau pendapat tidak wajar
|
Pertimbangan Awal tentang MATERIALITAS:
Auditor melakukan pertimbangan awal
tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya. Penentuan materialitas
ini, yang seringkali disebut dengan materialitas perencanaan, mungkin dapat
berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan
kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang
melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama
berlangsungnya. audit.
Keputusan
mengenai Materialitas
Terdapat perbedaan dalam menerapkan materialitas
untuk memutuskan apakah kegagalan mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum
berdampak material dibandingkan dengan memutuskan apakah pembatasan lingkup
berdampak material.
Keputusan materialitas- kaitan dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Beberapa
aspek dari materialitas yang harus dipertimbangkan:
Jumlah Rupiah Dibandingkan Terhadap Tolok
Ukur Tertentu
Cara
yang paling lazim untuk mengukur materialitas, jika seorang klien telah
menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, adalah dengan
membandingkan nilai uang dari kesalahan di dalam akun-akun yang bersangkutan
terhadap tolok ukur tertentu.
Daya Ukur
Nilai uang yang terkandung pada beberapa salah saji
tidak dapat diukur secara akurat. Tingkatan materialitas yang harus dievaluasi
auditor dalam situasi semacam ini bergantung pada pengaruh dari tidak
diungkapkannya penjelasan tersebut untuk membantu keputusan yang dibuat oleh
para pemakai laporan keuangan.
Sifat Salah Saji
Salah saji berikut dapat mempengaruhi keputusan
pemakaia laporan keuangan, dan dengan demikian juga akan mempengaruhi pendapat
auditor, dengan cara yang berbeda dari salah saji yang lazim terjadi
1. Transaksi-transaksi
adalah melanggar hukum
2. Sesuatu
pos yang dapat mempengaruhi periode mendatang, meskipun jumlahnya tidak berarti
jika hanya periode sekarang yang diperhitungkan
3. Sesuatu
yang menimbulkan akibat “psikis” (sebagai contoh, laba kecil versus kerugian
kecil, atau saldo bank versus cerukan)
4. Sesuatu
yang dapat menimbulkan konsekuensi penting bila dipandang dari segi kewajiban
kntrak (contoh, pelanggaran persyaratan kredit dapat mengakibatkan
dibatalkannya fasilitas kredit tersebut).
Keputusan Materialitas-
kaitan dengan pembatasan lingkup audit
Umumnya jauh lebih sulit untuk mengevaluasi
materialitas dari salah saji yang diakibatkan adanya pembatasan lingkup audit
daripada pelanggaran terhadap akuntansi yang berlaku umum atau penerapan
prinsip akuntansi yang berlaku umum secara tidak konsisten.
RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi 312 risiko Audit dan
Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi
dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
RISIKO Audit Keseluruhan ( Overall Audit Risk )
RISIKO Audit Keseluruhan ( Overall Audit Risk )
Risiko audit dapat ditaksir secara kuantitatif atau
kualitatif. Dalam penentuan risiko audit keseluruhan, auditor juga menyatakan
tingkat kepercayaan (level of confidence).
RISIKO Audit Individual
RISIKO Audit Individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun
secara indivual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepada akun-akun
yang berkaitan.
Unsur RISIKO Audit
Unsur RISIKO Audit
Terdapat tiga unsur risiko audit : (1) Risiko
Bawaan, (2 ) Risiko Pengendalian, (3) Risiko Deteksi
Penggunaan Informasi RISIKO Audit
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit
dapat digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan
diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu.
Risiko audit individual = risiko bawaan x risiko
pengendalian x risiko deteksi
Dari formula tersebut, risiko deteksi dapat dihitung dengan formula berikut ini :
Risiko deteksi = Risiko audit individual
Dari formula tersebut, risiko deteksi dapat dihitung dengan formula berikut ini :
Risiko deteksi = Risiko audit individual
Risiko bawaan x Risiko pengendalian
Hubungan antar Unsur RESIKO
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan
risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan
atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan
dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.
Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko
pengendalian.
Hubungan antara MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, dan BUKTI AUDIT
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas,
risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai berikut :
1. Jika
auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika
auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika
auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini :
a. Menambah
tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
b. Menambah
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
c. Menambah
sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama
STRATEGI AUDIT AWAL
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam : (1)
Pendekatan Terutama Substantif, (2) Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah.
Unsur STRATEGI AUDIT AWAL
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu
asersi, auditor menetapkan empat unsur berikut ini :
1.
Tingkat risiko
pengendalian taksiran yang direncanakan.
2.
Luasnya pemahaman atas
pengendalian intern yang harus diperoleh.
3.
Pengujian pengendalian
yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.
4.
Tingkat pengujian
substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke
tingkat yang cukup rendah.
1 comments:
share nya bagus, cukup membantu tapi alangkah lebih baik kalau dicantumkan sumber teori yang digunakan, terima kasih
Posting Komentar
tolong diisi yha . .