Selasa, 20 Desember 2011

Materialitas

A.    Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, jika ada salah saji yang tidak material dalam laporan keuangan suatu entitas dan pengaruhnya terhadap periode selanjutnya diperkirakan tidak terlalu berarti, maka dapatlah dikeluarkan suatu laporan wajar tanpa pengecualian.
Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit   adalah:
       Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan.
Dalam menerapkan definisi ini, digunakan tiga tingkatan materialitas dalam mempertimbangkan jenis laporan yang dibuat:
1.    Jumlahnya tidak material.
     Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak material. Dalam hal ini pendapat tidak wajar dapat diberikan.
2.    Jumlahnya material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan.
     Tingkat materialitas kedua terjadi jika salah saji di dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan pemakai, tetap bpi keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji dengan benar, sehingga tetap berguna. Jika auditor menyimpulkan bahwa salah saji tersebut cukup materialtetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan, pendapat yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian (menggungakn “kecuali untuk”)
3.    Jumlah sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran lapora keuangan secara keseluruhan diragukan.
     Tingkat materialitas tertinggi terjadi terjadi jika para pemakai dapat membuat keputusan yang salah jika mereka mengandalakan laporan keuangan secara keseluruhan. Semakin meluas pengaruh salah saji, kemungkinan untuk menerbitkan pendapat tidak wajar akan lebih besar daripada pendapat wajar dengan pengecualian.
Ikhtisar hubungan antara materialitas dan jenis pendapat yang harus dikeluarkan:
TINGKAT MATERIALITAS
PENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEAMAKAI
JENIS PENDAPAT

Tidak material
Keputusan biasanya tidak terpengaruh
Wajarnya tanpa pengecualian

Material
Keputusan biasanya terpengaruh jika informasi dimaksud penting terhadap keputusan yang akan diambil. Laporan keuangan keseluruhan dianggap disajikan secara wajar.
Wajar dengan pengecualian

Sangat material
Sebagian besar dari seluruh keputusan yang didasarkan pada laporan keuangan sangat terpengaruh
Pernyataan tidak memberikan pendapat atau pendapat tidak wajar

Pertimbangan Awal tentang MATERIALITAS:
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut dengan materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya. audit.



Keputusan mengenai Materialitas
Terdapat perbedaan dalam menerapkan materialitas untuk memutuskan apakah kegagalan mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum berdampak material dibandingkan dengan memutuskan apakah pembatasan lingkup berdampak material.
     Keputusan materialitas- kaitan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
     Beberapa aspek dari materialitas yang harus dipertimbangkan:
                 Jumlah Rupiah Dibandingkan Terhadap Tolok Ukur Tertentu
            Cara yang paling lazim untuk mengukur materialitas, jika seorang klien telah menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, adalah dengan membandingkan nilai uang dari kesalahan di dalam akun-akun yang bersangkutan terhadap tolok ukur tertentu.
Daya Ukur
Nilai uang yang terkandung pada beberapa salah saji tidak dapat diukur secara akurat. Tingkatan materialitas yang harus dievaluasi auditor dalam situasi semacam ini bergantung pada pengaruh dari tidak diungkapkannya penjelasan tersebut untuk membantu keputusan yang dibuat oleh para pemakai laporan keuangan.
Sifat Salah Saji
Salah saji berikut dapat mempengaruhi keputusan pemakaia laporan keuangan, dan dengan demikian juga akan mempengaruhi pendapat auditor, dengan cara yang berbeda dari salah saji yang lazim terjadi
1.     Transaksi-transaksi adalah melanggar hukum
2.    Sesuatu pos yang dapat mempengaruhi periode mendatang, meskipun jumlahnya tidak berarti jika hanya periode sekarang yang diperhitungkan
3.    Sesuatu yang menimbulkan akibat “psikis” (sebagai contoh, laba kecil versus kerugian kecil, atau saldo bank versus cerukan)
4.    Sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi penting bila dipandang dari segi kewajiban kntrak (contoh, pelanggaran persyaratan kredit dapat mengakibatkan dibatalkannya fasilitas kredit tersebut).




Keputusan Materialitas- kaitan dengan pembatasan lingkup audit
Umumnya jauh lebih sulit untuk mengevaluasi materialitas dari salah saji yang diakibatkan adanya pembatasan lingkup audit daripada pelanggaran terhadap akuntansi yang berlaku umum atau penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum secara tidak konsisten.

RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi 312 risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
RISIKO Audit Keseluruhan ( Overall Audit Risk )
Risiko audit dapat ditaksir secara kuantitatif atau kualitatif. Dalam penentuan risiko audit keseluruhan, auditor juga menyatakan tingkat kepercayaan (level of confidence).
RISIKO Audit Individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara indivual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepada akun-akun yang berkaitan.
Unsur RISIKO Audit
Terdapat tiga unsur risiko audit : (1) Risiko Bawaan, (2 ) Risiko Pengendalian, (3) Risiko Deteksi
Penggunaan Informasi RISIKO Audit
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu.
Risiko audit individual = risiko bawaan x risiko pengendalian x risiko deteksi
Dari formula tersebut, risiko deteksi dapat dihitung dengan formula berikut ini :
Risiko deteksi = Risiko audit individual
Risiko bawaan x Risiko pengendalian
Hubungan antar Unsur RESIKO
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Hubungan antara MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, dan BUKTI AUDIT
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai berikut :
1.      Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2.      Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3.      Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
a.       Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b.      Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.
c.       Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama

STRATEGI AUDIT AWAL
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam : (1) Pendekatan Terutama Substantif, (2) Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah.

Unsur STRATEGI AUDIT AWAL
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur berikut ini :
1.         Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.
2.         Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
3.         Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.
4.         Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke
tingkat yang cukup rendah.

1 comments:

Anonim mengatakan...

share nya bagus, cukup membantu tapi alangkah lebih baik kalau dicantumkan sumber teori yang digunakan, terima kasih

Posting Komentar

tolong diisi yha . .